Program Komputer ini Mendekati Kecerdasan Otak Manusia

Intelektual manusia tidak akan pernah terkalahkan oleh komputer, seberapapun canggih komputer tersebut. Pastinya Anda setuju dengan ungkapan itu. Tapi tahukan Anda bahwa sebuah AI dengan IQ 150 telah berhasil diciptakan oleh sekelompok peneliti Swedia?

Program tersebut dikembangkan oleh fakultas Philosophy, Linguistics, and Theory of Science di Universitas Gothenburg yang ada di kota Gotenborg, Swedia. Skor intelejensia yang diperoleh tersebut didasarkan pada hasil dari pertanyaan tes non-verbal standar yang telah didesain untuk membuang bias budaya dan linguistik dengan cara mengedepankan tes pengetahuan bukan logika. Sebagian besar pertanyaan tes berkisar pada kemampuan memprediksi bentuk berikutnya dalam tes matriks progresif atau menebak nomor berikutnya dalam sebuah urutan.

Kecepatan dalam menjawab pertanyaan tidak dimasukkan dalam faktor yang menentukan nilai yang dihasilkan. Sejumlah pertanyaan didesain untuk tidak bisa dijawab baik dalam cara berpikir manusia maupun eletronik dan program ini didesain untuk melengkapi pola pengenalan algoritma yang telah ada dengan sifat psikologis manusia. Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang peneliti Claes Strannegard, “Kami mencoba untuk membuat program yang dapat menemukan pola yang sama seperti apa yang dilihat manusia.”

Dalam tes tersebut, program tidak diberikan pilihan ganda. Sebaliknya, tes ini menggunakan pola psikologis dan penggunaan logika untuk menemukan jawaban. Hal ini dipercaya mampu mengurangi kinerja program pada pertanyaan berbasis gambar tapi memungkinkan untuk mencetak nilai dengan tingkatan jenius pada pertanyaan matematis.

Karena program ini bekerja seperti pola manusia untuk menentukan jawaban pada pertanyaan, maka tentu saja si program memiliki keterbatasan. 

           

“Program kami mampu mengalahkan program matematika konvensional karena kami menggabungkan matematika dan psikologi. Metode kami sangat mungkin untuk bisa digunakan mengidentifikasi pola dalam sembarang data yang memiliki komponen psikologis, seperti data keuangan. Tapi kemampuan program ini tidak begitu baik dalam menemukan pola di data yang lebih bersifat sains, seperti data cuaca, karena untuk menganalisanya tidak dilibatkan psikologi manusia.” 

Selain itu tim peneliti berharap untuk dapat mengembangkan program itu dengan tujuan akhir melatih manusia dalam menggunakan pola poikir alternatif.

Tweet